Sabtu, Desember 20, 2008

Jumat, Desember 19, 2008

Perbedaan Wanita dengan Pria dalam Hal Kepemimpinan

1. Beberapa peneliti mengatakan, bahwa karakter kepemimpinan wanita adalah lebih memperhatikan manusia daripada memperhatikan prestasi dan kinerja. Sebab, wanita berkarakter emosional (lebih mengedepankan perasaan) dan cenderung menunjukan karakter ini dalam bentuk lebih koperatif dengan orang-orang disekitarnya daripada kaum lekaki, dan cenderung memperlakukan pekerjaan secara lebi serius. Para peneliti itu mengatakan, bahwa karakteristik yang dimiliki kaum wanita ini sangat menguntungkan mereka. Alasannya, mayoritas perusahaan dan institusi kini mulai mengadopsi manajemen bergaya kelompok kerja \, dan mengikutsertakan para bawahan dalam mengambil keputusan, sehingga perusahaan tersebut akan lebih efektif jika dipimpin oleh wanita. Analisa mereka ini selaras dengan anggapan umum bahwa wanita lebih emosional (berperasaan) dan lebih memperhatikan relasi daripada laki-laki.
2. Riset-riset terbaru justru menunjukan kesalahan anggapan di atas. Setelah mengobservasi kondisi-kondisi praktis, terbukti bahwa tingkat perhatian kaum wanita terhadap pekerjaan atau manusia tidaklah berbeda dengan perhatian kaum lelaki, karena kondisi praktis meniscccayakan kedua hal tersebut.
3. Beberapa riset menunjukan ada jenis kepemimpinan yang lebih cocok bagi kaum wanita, yaitu jenis kepemimpinan partisipatoris, dimana pemimpin memberikan kesempatan yang lebih besar kepada para pengikutnya untuk mengemukakan gagasan dan ikut serta dalam membuat keputusan. Boleh jadi ini dikarenakan wanita tidak mengidap penyakit ingin selalu tampil seperti halnya lelaki. Selain itu, wanita memiliki keterampilan bersosialisasi yang lebih baik daripada lelaki, sehingga dia dapat menjalankan jenis kepemimpinan ini secara lebih baik. Boleh jadi jenis kepemimpina inilebih cocok bagi wanita, karena adanya kesan dan anggapan pengikut tidak dapat menerima adanya wanita yang ambisius, otoriter, dan otonom dalam membuat keputusan. Jadi, karena pemimpin secara umum harus memperhatikan kesan dan anggapan para pengikutnya, maka sebaiknya wanita menjalankan jenis kepemimpinan ini, meskipun sesungguhnya dia memiliki gagasan dan keputusan sendiri. Dengan kata lain, sebaiknya dia mengemukakan gagasan itu lewat mulut para pengikutnya, dan bukannya menginstruksikan hal itu kepada mereka.
4. Beberapa riset menunnjukan bahwa pandangan publik terhadap kepemimpinan wanita lebih negatif daripada kepemimpinan laki-laki, meskipun wanita itu lebih sukses. Selain itu, standar kesuksesan kepemimpinan waita yang yang ditetapkan oleh kaum lelaki lebih tinggi daripada stsndar yang diberikan oleh kaum wanita, sehingga tugas kaum wanita sebagai pemimpin lebih berat daripada tugas laki-laki. Hal ini menunnjukan relavansi saran terdahulu, bahwa sebaiknya wanita menerapkan jenis kepemimpinan partisipatoris.
"Engkau adalah separuh bangsa. Lalu, engkau melahirkan bagi kami separuh bangsa yang lain. Jadi, engkau adalah bangsa secara keseluruhan." (Syaikh Muhammad Ismail Al-Muqaddim)
bersambung besok....
soalnya jarinya udah mulai lelah... ntar takutnya salah ketik lagi... he..he..
lagian dah masuk waktu shalat ashar nih....
ane shalat dulu yah....................................................................................

Kamis, Desember 18, 2008

Romantisme Bertauhid

Allah, Yang Maha Perkasa, selalu mendatangi kita. Disambut tidak disambut, dilayani tidak dilayani, dengan Kasih Sayang-Nya, DIA selalu hadir di kehidupan kita. Lantaran tidak mengenal-Nya, kita lalu menjadi manusia-manusia yang kehilangan momen berharga bertemu dengan Pemilik Dunia ini. Subhaanallaah...

Alangkah manisnya bila kemudian ketika kita keluar dari satu tempat, sopir mobil sudah standby dengan mobil yang AC nya sudah dingin menyebar ke seluruh kabin mobil. Lebih lega lagi kita kalau kemudian mobil itu bersih luar dalem dan wangi. Tambah bangga kita, kalau kemudian ia turun dari mobilnya, lalu dengan sopannya membukakan pintu mobil untuk kita.

Kita seperti raja, he.. he.. he.. Tapi ya, sehari-hari kita tidak demikian. Ini kan cerita “alangkah manisnya”. Bukan yang sebenarnya. Tapi logika ini mau dipakai untuk menunjukkan kesiapan kita dan kesopanan kita terhadap Allah. Ternyata, jauh sekali dari yang semestinya.

Mestinya, jangan Allah yang menunggu kita. Tapi kita yang menyambut kedatangan Allah. Kita sudah siap siaga sebelum datangnya waktu shalat. Kita sudah siap siaga sebelum muadzdzin mengumandangkan azannya.

Syukur-syukur kita mau menyambut Allah dengan pakaian yang lebih bagus ketimbang kita menemui manusia. Kalaupun tidak, siapkan wewangian khusus untuk menyambut Allah yang kita pakai hanya ketika menghadap-Nya. Kita kemudian tegakkan shalat-shalat sunnah. Kita datang sebelum waktu azan… Duh, indahnya............

Rabu, Desember 17, 2008

Ukhuwah Qolbu (Komunitas Baru tentang Qolbu)

Ukhuwah Qolbu.....

Nama ini sebenarnya sudah lama tertanam dalam pikiran saya...dan semua itu terinspirasi dari nama :

1. Buletin Jum'at lembaga dakwah kampus IMMPB (pasti pada ga' tau) "itu loh LDK yang terkenal di batam kepannjangannya Ikatan Mahasiswa Muslim Politeknik Batam" (o... yg itu..., wah hebat ya..). dan nama buletinnya " Qolbun Saliim", keren kan.... klo artinya lebih kurang "hati yang selamat".


2. Kenal aa Gym kan...itu kan....... (sok dekat yah...), eits.. sesama muslim kan bersaudara.. jd beliau ini juga termasuk saudara saya... (he..he..), itu loh nama Manajemen Qolbunya yang melekat di hati saya... yah.. bukan sekedar namanya aja sih tapi... semua kegiatan MQ ane suka dan emang bener-bener dapat me-manajemen qolbu kita... Subhanallah...smoga Allah memberi berkah kepada beliau juga orang-orang di dalamnya... amiin...


3. Nah ini sebenarnya yg lebih membuat ane untuk semakin yakin membuat pergerakan yg ane  beri nama "Ukhuwah Qolbu" ato singkat aja "UQ", apa sih itu... ni dia... Wisata Hati... (pada tau kan..) yang di bina oleh Ust. Yusuf Mansyur..., pokoknya subhanallah.... deh beliau dalam meberikan pengalaman dan ilmunya...

Selain faktor-faktor diatas... faktor utamanya adalah ingin membuat persatuan umat islam di dunia... jadi dengan adanya ukhuwah qolbu ini... kita tuh paham gitu... bahwasanya... hati kita tuh bersaudara..., so yg namanya perbedaan ga' memecahkan persaudaraan hati kita... malah dapat mempererat ato menutupi kekurangan dan kelemahan hati kita sebagai sesama muslim untuk melawan kemungkaran...

wajar donk klo kita dengan mudah dapa di obrak-abrik ma kaum kafir... la wong hati kita saja belum tertaut masih banyak rasa yang rasa ini dan itu sehingga memisahkan pertautan hati kita... coba kita liat saudara kita di palestin misalnya (yg lagi perang), kerasa ga' sama kita perangnya mereka... smangat mereka... untuk memperjuangkan islam..., ato contoh dekat  aja... saudara-saudara kita yang lg kekurangan rezeki... mreka pada blum makan... trus gimana perasaan kita..????????? kerasa ga' ma kita???. yah..... wajar aja trus kmudian mreka yg kelaperan dibantu ma kaum kafir yg peduli ma mereka.. trus mreka dipaksa untuk masuk ajaran kafir... dan mreka mau... yah.. daripada laper kata mereka... mending makan... ya ga'..(apa lagi kondisi keimanan mereka lagi lemah-lemahnya).

Nah cerita singkat diatas seharusnya menyadarkan kita, yah walaupun ga' sepenuhnya salh  kita, cuma kita juga berperan salah disitu... sebagai saudaranya...(klo mengakuinya...) yah sebenarnya kita ga' harus secara finansial tapi lebih ke saling ingat-mengingatkan dan tolong-menolong kepada saudara kita... agar semua kita termotivasi untuk memperbaiki iman kita yg ga' stabil ini...

Smoga dengan komunitas ato pergerakan ini... semua elemen dapat mendukung sepenuhnya...  agar dapat tercipta perdamaian dan persatuan umat islam di dunia dan indonesia khususnya, dan batam lebih khususnya...berikut penjelasan dari nama "Ukhuwah Qolbu"

Semoga Allah Meridhoi..Amien.....

UKHUWAH

Ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai "persaudaraan", terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti "memperhatikan". Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.
 
Boleh jadi, perhatian itu pada mulanya lahir karena adanya persamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya ukhuwah
diartikan sebagai "setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan". Secara majazi kata ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Dalam kamus-kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata akh yang membentuk kata ukhuwah digunakan juga dengan arti teman akrab atau sahabat.
 
Masyarakat Muslim mengenal istilah ukhuwmah Islamiyyah. Istilah ini perlu didudukkan maknanya, agar bahasan kita tentang ukhuwah tidak mengalami kerancuan. Untuk itu terlebihdahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiah dalam istilah di atas. Selama ini ada kesan bahwa istilah tersebut bermakna "persaudaraan yang dijalin oleh sesama Muslim", atau dengan kata lain, "persaudaraan antar sesama Muslim", sehingga dengan demikian, kata "Islamiah" dijadikan pelaku ukhuwah itu.
 
Pemahaman ini kurang tepat. Kata Islamiah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektifa, sehingga ukhuwah Islamiah berarti "persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam." Paling tidak, ada dua alasan untuk mendukung pendapat ini.

Pertama, Al-Quran dan hadis memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan, seperti yang akan diuraikan selanjutnya.
 
Kedua, karena alasan kebahasaan. Di dalam bahasa Arab, kata sifat selalu harus disesuaikan dengan yang disifatinya. Jika yang disifati berbentuk indefinitif maupun feminin, kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat secara jelas pada saat kita berkata ukhuwwah Islamiyyah dan Al-Ukhuwwah Al-Islamiyyah.

FAKTOR PENUNJANG PERSAUDARAAN
 
Faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta memperlakukan saudaranya bukan atas dasar "take and give," tetapi justruMengutamakan orang lain atas diri mereka, walau diri mereka sendiri kekurangan (QS Al-Hasyr [59]: 9).

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman pada saat berada di antara sesamanya, dan dorongan kebutuhan ekonomi merupakan faktor-faktor penunjang yang akan melahirkan rasa persaudaraan.

Islam datang menekankan hal-hal tersebut, dan menganjurkan mencari titik singgung dan titik temu persaudaraan. Jangankan terhadap sesama Muslim, terhadap non-Muslim pun demikian (QSAli 'Imran [3]: 64) dan Saba [34): 24-25).
 
PETUNJUK AL-QURAN UNTUK MEMANTAPKAN UKHUWAH

Guna memantapkan ukhuwah tersebut, pertama kali Al-Quran menggarisbawahi bahwa perbedaan adalah hukum yang berlaku dalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut merupakan kehendak Ilahi, juga demi kelestarian hidup, sekaligus demi mencapai tujuan kehidupan makhluk di pentas bumi.
 
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu mengenai pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan (QS Al-Ma-idah [5]: 48).
 
Seandainya Tuhan menghendaki kesatuan pendapat, niscaya diciptakan-Nya manusia tanpa akal budi seperti binatang atau benda-benda tak bernyawa yang tidak memiliki kemampuan memilah dan memilih, karena hanya dengan demikian seluruhnya akan
menjadi satu pendapat.
 
Dari sini, seorang Muslim dapat memahami adanya pandangan atau bahkan pendapat yang berbeda dengan pandangan agamanya, karena semua itu tidak mungkin berada di luar kehendak Ilahi. Kalaupun nalarnya tidak dapat memahami kenapa Tuhan berbuat demikian, kenyataan yang diakui Tuhan itu tidak akan menggelisahkan atau mengantarkannya "mati", atau memaksa orang lain secara halus maupun kasar agar menganut pandangan agamanya,
 
Sungguh kasihan jika kamu akan membunuh dirimu karena sedih akibat mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Islam) (QS Al-Kahf [18]: 6).
   
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu akan memaksa semua manusia agar menjadiorang-orang yang beriman? (QS Yunus [10]: 99).

QOLBU

Manusia, barangkali sosok makhluk paling unik dan misterius. Pada saat tertentu, Ia tampil(mau) menampakkan sebagai sesosok malaikat. Sosok makhluk suci. Seolah tiada dosa sedikitpun membekas dan (dibiarkan) menyelinap dalam dirinya. Tetapi tidak jarang, manusia seringkali menjelma layak iblis-setan. eksistensi, visi dan misi serta perilaku manusia lebih dari iblis-setan itu sendiri. Pendek kata, dalam diri manusia tersimpan dua potensi, baik dan buruk.

Dalam pandangan Islam, seluruh sepak terjang tingkah laku Manusia bermuara dari satu titik, Qolbu (hati). Dari titik sentral inilah, segala kebaikan mengalir. Tempat awal mula kejelekan bermula. Titik ini akan memberikan implikasi dampak positif dan negatif cukup besar bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.

Qolbu memiliki arti dan peranan sentral cukup penting dalam menentukan arah kehidupan manusia. Logika ini barangkali, sehingga dalam strategi dakwahnya, Aa Gym memberikan perhatian utama atas persoalan Qolbu ini dengan desain format “ Management Qolbu (MQ)” nya. KH. Muhyiddin Abdusshomad kurang lebih juga menaruh perhatian yang sama yang dikemas dengan nama “ Penuntun Qolbu”.

Imam al-Ghazali, penyakit Qolbu bermuara pada tiga hal, hasud (iri), riya’ dan ‘ujub atau takabbur (h. 66). Ketiga penyakit ini merupakan induk dari semua penyakit qolbu lainnya. Jika kita cermati ketiga jenis penyakit kronis in, bahkan penyakit-penyakit qolbu lainnya serta kerusakan yang ditimbulkannya sejatinya berpangkal dari ‘Virus’ cinta dunia (Hubbal-Dunya) yang berlebihan. 

Akibat terlalu cinta dunia, rasa iri terhadap nikmat yang dimiliki orang lain akan mulai menyelinap dalam qolbu-nya. lalu muncul sifat sombong karena telah merasa memiliki segalanya, kemudian bersemi keinginan untuk memamerkan apa yang telah diperolehnya. Dari sini kemudian tumbuh sikap menghalalkan segala cara asal tujuan dapat tercapai. Yang penting hasil. Tak peduli bagaimana proses yang dilaluinya.  

Sebagaimana penyakit jasmani, penyakit Qolbu juga terdapat terapi pengobatannya. Ia senantiasa hinggap dan menghilang dari qolbu manusia sesuai kondisi dan kemauan manusia itu sendiri untuk menyembuhkannya. Setiap kali penyakit itu menimpa dan muncul segera sedini mungkin dihindari dan diupayakan obat penawarnya sebelum berkarat dan mendarah daging sehingga sulit untuk dibasmi. Sebab, penyakit qolbu yang menimpa diri seseorang, dapat berimplikasi negatif bagi kehidupannya.

Ada beberapa terapi penawar agar Qolbu senantiasa jernih dan bersih serta terhindar dari endapan penyakit. Tidak menjadi sarang penyakit. Dalam buku ini dijelaskan ada lima terapi. Tetapi jika diperas diambil saripatinya, maka hanya akan menjadi 2 point saja, yaitu Dzikrullah dan Tadabbur. (h. 86-88). Qolbu yang selalu berdzikir kepada Allah Swt, akan timbul kesejukan jiwa, sehingga seseorang akan menjadi lapang dalam menghadapi segala pernik-pernik problematika kehidupan. Buahnya yang dapat dipetik, ia tidak akan silau atas kenikmatan yang dimiliki orang lain. Begitu juga ia tidak akan sombong dengan kelebihan yang dimilikinya.

Ikhtiar penyembuhan penyakit qolbu yang kedua adalah dengan melakukan tadabbur. Tadabbur adalah merenungkan hakikat kehidupan manusia di dunia serta memikirkan tentang apa yang sedang menimpa dirinya. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang lemah. Kalau kita renungkan semua hal yang ada di dunia ini esensinya milik Allah. Dia-lah juga yang mengaturnya dengan penuh bijaksana. Jadi, sifat iri sama sekali tidak ada mamfaatnya. Itu hanya perbuatan sia-sia.Renungkan!. tidakkah kita malu. Apa yang harus kita pamerkan (riya’) dan buat apa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain. Sebab, itu semua sejatinya milik Allah. Kita hanya diberi amanah buat sementara waktu. Apa yang dapat kita banggakan dan sombongkan, toh semua yang kita miliki akan musnah seiring perjalanan waktu. Itu semua akan diambil kembali oleh Sang pemiliknya.

Hati/Qolbu hampir mirip,,,,,,,, hanya saja kalau otak bekerja menurut logika sedangkan hati bekerja secara insting (bukan insting hewan loooo) otak membuat kita mempunyai kemampuan yang kita pakai di dunia mis skolah, bekerja, melakukan kerjaan rmah dllllllll klo Qalbu/hati, ia berupa fitrah yang dimiliki setiap manusia yaitu percaya akan Tuhan, meyakini adanya hal diluar otak kita bisa menjangkaunya.

Qalbu/hati a/ penyeimbang otak, dimana seringkali otak kita menuntut kita untuk bisa melakukan sesuatu melebihi kapasitas yang kita punya tetapi dengan hati, dengan mengingat bahwa setiap hal yang terjadi sudah ada yang mengatur dengan otomatis otak akan relaks.

klo ane... ade salah-salah mohon dima'afkan dan dikasih masukan yah...

Senin, Desember 15, 2008

Memberi Perintah Kepada Allah

Pada saat saya mengikuti kuliah online yang di selenggarakan oleh wisata hati (Ust. Yusuf Mansyur) hati saya sangat tergugah membaca materi ini.....
begini ceritanya................!!!!!!
Dalam satu dialog pengajian rutin oleh pemateri, ada yang bertanya kepada seorang ustadz bahwa tanpa sadar kita sering memberi perintah kepada Allah.
“Tahu ga Ustadz, perintah apa tuh kira-kira?”
Ustadz memilih diam. Menikmati nasihat pemateri yang sedang datang ke dirinya. Sejak awal bicara, ustadz memilih belajar saja. 
“Perintah yang dimaksud, perintah tunggu…”katanya melanjutkan.
Pembicaraan saat itu sedang membicarakan shalat tepat waktu. Ustadz langsung merespon membenarkan.
“Iya juga. Perintah tunggu ya?”
Coba aja lihat, kata orang ini. Ketika Allah memanggil, lewat muadzin, kita masih asyik dengan dunia kita. Tidak sadar bahwa Allah sudah memanggil kita untuk sujud dan ruku’ menghadap-Nya. Sebagian lagi mendengar, tapi tidak bergerak. Sebagiannya malah tidak bisa lagi mendengar. Tertutup oleh kesibukannya bekerja, berusaha dan mencari dunia. Bener. Rupanya kita ini memberi satu pengkodean terhadap Allah, di hampir di setiap 5 waktu shalat. Yaitu pengkodean perintah “TUNGGU”. Luar biasa. Jadilah Allah “Menunggu” kita. Sungguh tidak ada pantas-pantasnya. Masa Allah disuruh menunggu kita, iya ga?

Apa yang terjadi dengan diri Anda ketika Anda mendengar Adzan? Apakah langsung bergegas memenuhi panggilan azan tersebut, lalu melaksanakan shalat? Atau biasa-biasa saja? Kalau Anda tidak segera bergegas menyambut seruan itu, maka ketahuilah kita termasuk yang berkategori memberi perintah kepada Allah. Yaitu perintah “tunggu” tersebut.

Perintah “tunggu” kepada Allah ini berarti: # Tunggu ya, saya sedang melayani pelanggan. # Tunggu ya, saya sedang nyetir. # Tunggu ya, saya sedang menerima tamu. # Tunggu ya, saya sedang nemani klien. # Tunggu ya, saya sedang rapat. # Tunggu ya, saya sedang dagang nih. # Tunggu ya, saya sedang belanja. # Tunggu ya saya sedang belajar. # Tunggu ya saya sedang ngajar. # Tunggu ya saya sedang merokok. # Tunggu ya, saya sedang di tol. # Tunggu ya, saya sedang dalam terburu-buru. # Tunggu ya saya sedang tidur. # Tunggu ya, saya sedang bekerja. Dan seterusnya.

Coba aja berkaca kepada diri sendiri, dan kebiasaan ketika menghadapi waktu shalat. Perintah tunggu inilah yang kita berikan kepada Allah. Adzan berkumandang… Allahu akbar, Allahu akbar… Bukannya kita bergegas menyambut seruan itu, malah Allah kita suruh menunggu…

Kita ini, manusia, makhluk ciptaan Allah. Diciptakan dari saripati tanah. Kita ada, lantaran ada hubungan yang diizinkan Allah dari hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian terjadilah kita. Ya, dari sperma, kita menjadi manusia. Makanya Allah menyindir di surah Yaasiin ayat ke-77, bagaimana mungkin manusia yang diciptakan dari saripati tanah lalu tiba-tiba menjadi pembangkang? Menjadi pendurhaka kepada Allah?

Tapi ya begitulah. Kita ini emang manusia yang ga tahu diuntung dan ga tahu diri. Kita ga kenal siapa kita. Lihat saja, berani-beraninya kita “memerintah” Allah untuk menunggu kita. Iya kan?

Sedangkan, saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, seorang kopral, ga boleh dia memerintah sersan. Sersan, ga boleh memerintah kapten. Mayor, tidak bisa memerintah Jenderal, dan seterusnya. Hirarki itu, terjadi. Bahkan, seorang polisi yang berdiri di pinggir jalan, lalu lewat mobil jenderal, lalu dia tidak mengangkat tangan tanda hormat, maka secara kesatuan, ini akan jadi masalah buat dia. Nah, sekarang, tanya, siapa kita, dan siapa juga Allah? Terlalu amat sangat jauuuuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hirarki kedudukannya. Lah, bagaimana mungkin kemudian kita membiarkan Allah menunggu kita, atau kita memberikan perintah tunggu kepada-Nya, untuk menunggu kita?

Astaghfirullah…………………

Insya Allah orang bisa rada selamet soal shalat, ketika bisa berpikir begini, “Jangan sampe Allah menunggu saya. Kalo bisa, saya yang menyambut Allah. Sebab ga ada pantes-pantesnya. Masa Raja Diraja, Pemberi Karunia, yang dirindukan pertolongan-Nya dan bantuan-Nya, yang dinikmati rizki-Nya, lalu jadi yang menunggu saya? Emangnya, siapa saya?”.

--------------------------ooo000ooo---------------------------

Likulli syai-in baabun. Wa baabut taqorrub ilallaahi, ash-sholaah;
segala sesuatu ada pintunya. Dan pintu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah itu adalah shalat.